[FanFiction] On Rainy Day – Lee Jae Jin

“On Rainy Day”

Tetesan air jatuh serentak dari langit menjadi tirai yang menghiasi sepanjang jarak antara bumi dan angkasa di atas sana. Huuft aku menghela nafas berat, hujan memaksaku untuk tidak beranjak sejengkal pun dari lantai ubin di depan pintu keluar gedung sekolah. Kutengok rupa langit, yang terlihat hanya gumpalan-gumpalan awan menghitam berarak bersama kawanannya menghalangi cahaya sang mentari. Padahal, sepuluh menit yang lalu matahari masih bisa menunjukkan sinarnya. Dan lagi, aku tidak membawa payung karena tak menduga akan terjadi hal seperti ini, cuaca memang sulit ditebak sekarang.

“Kau belum pulang, Jun Hee-ya?” tegur salah seorang teman sekelasku. Aku menoleh kemudian menggeleng. “Mana mungkin aku menembus hujan selebat ini. Bisa-bisa aku basah kuyup tiba di rumah.” Mendengar jawabanku, gadis itu hanya membulatkan mulutnya sambil membuka payung transparan miliknya. Bersiap untuk pulang, sama halnya seperti siswa lain yang mulai berhamburan.

“Ah, benar juga. Sayang, kita tidak searah. Jika tidak, mungkin kau bisa menumpang payungku hingga halte bus. Kalau begitu, aku pulang dulu ya!” Ia memisahkan diri dariku, sudah menciptakan langkah di atas aspal yang digenangi air. Menimbulkan bunyi kecipak karena ia melewatinya dengan setengah berlari.

Tersisa aku sendiri. Semakin lama, suasana sekolah makin sepi dan kurasa para siswa sudah pulang semua. Hanya aku yang bertahan karena tidak bawa payung. Yah tentu saja, aku bukan anak bandel yang nekad untuk menerobos jalanan di tengah hujan hingga basah. Jadi, kuputuskan untuk menunggu hujannya reda. Namun sepertinya cuaca belum menunjukkan tanda-tanda akan meredakan tangisannya. Aku cemas, sebentar lagi hari akan gelap, dan semakin terasa dingin.

“Apa aku pulang saja? Ah, tapi pasti eomma akan memarahiku jika ketahuan hujan-hujanan. Tapi mau bagaimana lagi?! Aah eottohke?!” aku bimbang. Ragu hendak menjejakkan kaki keluar dari lindungan atap sekolah.

“Kau tidak bawa payung, ya?” sebuah suara hadir di pendengaranku. Omo! Aku mengenali suara itu, dan tebakanku pasti tidak salah. Yep! Saat menoleh, kutemukan seraut wajah tampan dan tergolong baby-face sedang tersenyum padaku.

“Jae Jin Sunbae?” Aku terpelongo sejenak, kemudian mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaannya tadi. Pemuda tinggi yang merupakan kakak tingkatku ini tersenyum kecil. Sebuah payung hitam berada di genggamannya.

“Sunbae belum pulang?” Tanyaku sekedar berbasa basi, menutupi nervous yang kini melanda benakku. Ia menarik tali ransel di pundak kirinya. “Ajik. Tadi kelasku masih harus masuk jam tambahan. Karena sudah kelas tiga, jadi diadakan les tambahan.”

Aku mengerti, di belakangnya ada beberapa siswa kelas tiga—yang kupikir teman sekelasnya—berjalan ke arah pintu utama gedung sekolah. Sunbae ini tidak berbohong. Aku kembali menatapnya yang menengadah ke langit, seperti memastikan jikalau hujan masih berlangsung.

Aku segera mengalihkan pandangan saat wajahnya turun padaku. Jujur saja, aku tidak berani bertatapan langsung dengan sunbae yang sebenarnya diam-diam kukagumi sejak kelas satu itu. “Mau pulang bersamaku, tidak?” Tawarnya mengagetkanku.

“Ye??” Mau tak mau aku menatap wajahnya lagi. Kulihat ia mengernyitkan kening karena ekspresiku yang sedikit berlebihan. Namun kemudian lengkungan terbentuk di bibir mungilnya itu, menyipitkan kedua matanya.

“Ne. Menumpang payung denganku. Sampai halte bus, mungkin?”

Tuhan, aku tidak mungkin membuang kesempatan langka ini! Kapan lagi bisa bicara lebih banyak bersama seorang Lee Jae Jin?! Aku mengangguk kecil, mengiyakan tawarannya.

“Ya, Jae Jin-ah! Ayo pulang— Oh?” seorang sunbae yang kuketahui bernama Bang Cheol Yong itu tiba-tiba muncul dan merangkul pundak Jae Jin. Namun ia segera menyadari keberadaanku di samping Jae Jin.

“Kupikir kau sudah pulang.” Balas Jae Jin. Pemuda yang lebih dikenal dengan nama Mir itu menggeleng, “Ania! Tadi aku ke toilet dan ketika kembali ke kelas kau sudah menghilang. Ternyata di sini bersama hoobae, ya…” ia menyunggingkan senyum mencurigakan.

“Bicara apa kau ini? Aku mau mengantarnya pulang karena dia tidak bawa payung. Sudah sana kau pulang bersama Min Young saja!” usir Jae Jin dengan nada bergurau sambil mendorong punggung Mir hingga pemuda itu hampir terjatuh.

“Aish, kau ini kejam sekali!” Gerutu Mir seraya merapikan jas seragamnya. “Lain kali kau akan mendapat balasan dariku.” Ancam Mir berpura-pura galak. Aku dan Jae Jin sunbae hanya tertawa mendengarnya.

“Kahja! Kalau berlama-lama kita bisa ketinggalan bus.” Ajaknya yang sudah membuka payung. Aku menempatkan diri di sebelah kanannya. Kami berjalan beriringan di bawah sebuah payung hitam menyusuri trotoar yang sepi. Pepohonan tampak basah dan sesekali angin berhembus pelan membawa percikan air mengenai bagian tubuhku yang berada di tepi payung.

“Kalau basah mendekat saja lagi.” Tunjuknya pada sisi tubuhku yang agak basah. Aku hanya meringis, “:Gwaenchanayo. Jas ini masih lumayan tebal kok.” Kilahku. Jarak antara tubuhku dan tubuhnya memang lumayan jauh, aku tidak ingin membuat kesalahpahaman meski hatiku menginginkan itu. Digosipkan bersama Lee Jae Jin sunbae, siapa yang tidak mau? Kekeke.

“Kalau begitu sama saja kau tidak memakai payung.” Sejurus kemudian kurasakan tubuhku bergeser, lebih dekat dengan tubuh tingginya. Rupanya Jae Jin sunbae menarik tas ranselku hingga aku berpindah tempat menjadi semakin dekat. Ya Tuhan! Aku bisa melihat punggungnya dalam jarak yang amat dekat! Aroma parfum-nya yang maskulin pun mampu terendus oleh indera penciumanku saat ini. Tanpa ia ketahui aku tersenyum, lalu berharap semua ini tidak akan berakhir. Kuharap halte bus tidak segera dicapai. Aku ingin lebih lama bersamanya.

“Oh ya, Choi Jun Hee. Apa kau tahu, bagi sebagian orang musim penghujan adalah saat-saat yang membosankan?” Ia bertanya tanpa menoleh padaku. Jangan tanya kenapa ia bisa tahu namaku, kami memang tergabung dalam kelompok paduan suara sekolah dan tentu saja urusan nama sudah bukan hal yang asing lagi.

“Iya, aku kadang sependapat dengan itu. Contohnya saja seperti hari ini, hujan menghambat perjalanan pulangku.” Aku mengutarakan opiniku tentang musim yang didominasi oleh hujan. Meski aku tak memungkiri, kalau aku menyukai hujan kali ini. Karena hujan-lah, hari ini aku dan Jae Jin sunbae bisa berjalan di bawah lindungan sebuah payung bersama-sama.

“Pendapatmu tidak keliru, tapi tahukah kau hujan menjadi sebuah anugerah yang begitu di tunggu-tunggu bagi sebagian makhluk di planet bumi? Hujan akan membersihkan debu-debu di dedaunan, menghapus mendung di langit, menghasilkan pelangi setelahnya, dan masih banyak lagi menurutku.”

Aku terdiam mendengar penuturannya, kemudian ia melanjutkan. “Aku termasuk yang menyukai hujan.”

“Kenapa begitu sunbae?” tiba-tiba saja aku jadi penasaran dengan alasannya. Ia menoleh padaku sekilas, “Karena hujan dapat menyamarkan kesedihanku. Aku lebih memilih menangis di tengah hujan, dengan begitu seseorang tidak akan menyadari kalau aku sedang menangis karena air mataku pasti akan bercampur dengan air hujan. Isakanku pun pasti tidak terdengar karena rintik hujan akan menutupinya.”

“Masuk akal.” Gumamku sambil mengangguk beberapa kali. Kalau aku boleh menebaknya, mungkinkah Jae Jin sunbae tengah bersedih atau sering menangis saat hujan turun?

“Ah ya, sunbae. Ada yang ingin kutanyakan. Kenapa tadi kau malah memilih mengantarku daripada pulang bersama temanmu itu?”

“Kau lebih membutuhkanku daripada Bang Mir itu.”

“Ye? Membutuhkanmu?” keningku sukses bertaut. “Maksudku, kau lebih membutuhkan payungku ketimbang Mir. Dia bisa pulang dengan teman yang lain, tidak harus aku.” Ralatnya membuatku mengangguk paham. Yah, halte bus sudah terlihat. Itu artinya sebentar lagi aku akan berpisah dengan Jae Jin sunbae. Semakin berat rasanya kakiku melangkah hingga aku benar-benar mematung di tempat.

“Hey, Choi Jun Hee? Kau sedang apa di sana? Palli, halte sudah dekat.” Herannya melihatku yang tertinggal dan lepas dari lindungan payung. Aku hanya tersenyum menanggapi pertanyaannya.

“Sunbae, terima kasih karena kau, aku jadi menyukai hujan.” Jae Jin yang sudah tiba di hadapanku menyipitkan matanya—yang memang sudah sipit, ia tidak mengerti dengan ucapanku. “Mwoya?”

“Kau tahu, sunbae? Hujan telah memberi tahuku tentang sesuatu. Hal yang mungkin dianggap sepele oleh seseorang, bisa saja menjadi sangat berarti bagi orang yang lain. Seperti hujan.” Aku berucap dengan lirih, dan kurasa suara hujan telah menyamarkannya. Aku hanya tersenyum setelahnya. Entah Jae Jin sunbae memahami maksudku atau tidak.

“Mungkin aku tak sepenuhnya memahami kalimatmu. Tapi, terlepas dari itu, aku memuji pemikiranmu. Kahja, kau semakin basah!” Kurasakan pergelangan tanganku digenggam kemudian ditarik pergi. Jae Jin terus tersenyum sambil membawaku menuju halte bus yang jaraknya tinggal sepuluh langkah lagi.

On rainy day, I find a smile. On rainy day, I find the courage. On rainy day, I find you standing next to me.

END

[Fan-Art] Asuka’s Fan-Art

 1.      Hand-Made for T-MAX!!!

 

Ini adalah Fan-Art tertua (?) sekaligus perdana saya, hohoho~ kebetulan waktu itu lagi seneng-senengnya sm Boyband Korea T-Max en jadilah hand-made ini 🙂 jelek ya?? tulisan tangan saya memang jelek sih hahahahaaa…

Fan-Art ini biasa banget, tapi bermakna dalem meski nggak sedalem lautan yang disebutin mbak Agnes di lagunya.. kekeke~ kalau dilihat sekilas memang mirip benang kusut, tapi jika diamati bener-bener bakal tau apa yg jadi Highlight dari Fan-Art ini… Coba tebak, apa hayoo..???? Yeepp bener banget! Nama Kim Joon dilukiskan dengan ukuran yang lebih besar dari yg lain 😀 asal tau aja, bias pertama saya ya abang Junnichi ini hehehe…

Nyeselnya, kenapa piku ini malah saya bikin jadi Sepia, jadi keliatan jadul banget ‘kan?? XD

 2.      Choi Min Ki aka REN Nu’Est Chibi ^^

 

Jeeengg jeenngg!!! Ini Fan-Art terbaru saya, kira-kira dua minggu yang lalu, yang menggunakan model (?) REN atau yg punya nama lahir Choi Min Ki!!! Iyyeeeea~ *tepok tangan* berhubung dia ini ade saya yg cantik, imut, ngegemesin trus nemu Chibinya di google, punya ide buat ngelukis ini huahahaha 😀 kalau kalian lihat, gambar chibi yg asli sedang saya pakai jd PP di Facebook ^^v saya bikinnya di notes, trus kegedean pula kepalanya ._. (jambulnya gitu eh) kalau bikinan temen saya imut2 persis kea Ren-nya hohoho

Yg paling saya suka dari Fan-Art ini adalah pas bagian ngelukis matanya, persis kea Manga-manga Jepang gitu (berhubung saya juga suka Komik Jepang kekekeke)

 3.      Banner ‘BANA-Pri-Mighty’

Hey saya sadar title yg ini memang rada aneh XD, BANA-Pri-Mighty? Apa coba??? Ekekeke… kreatifitas yg kagak sampe 😛 yah itu singkatan buat Fandom-fandom saya (ada tiga) yakni BANA (tuk B1A4), Primadonna (FT Island) dan MightyMax (Khusus T-Max).

Sedikit story mengenai Fan-Art yg satu ini, tau kenapa background-nya full biru?? Itu karena saya penyuka warna biru X3 maniak warna ini lah! Apa-apa serba biru, Binder biru, kipas juga biru, kotak pensil biru, jaket biru pula, ampe Flashdisk beneran biru!

Untuk tulisan MightyMax, saya pake campuran ada ungunya, karena bingung warna Pearl itu gimana???? ._. someone wanna tell me??? (Fans gagal *uhuk*)

Untuk Primadonna-nya, ya jelas warna official FTI ‘kan yellow ^o^

Nah si BANA ini sendiri karena biasanya (nih biasanya ya, ga tau jg…) warna warni, saya bingung masa’ pelangi-pelangi??? Yaudah saya pake biru lagi 😀 *maruk*

Dan sekedar promote, uname Twitter saya nyempil di sana hahahaha… yg liat follow and just mention for follow back =) Gamshaaa~

 4.      Weird Art

 

Beneran sumpah deh, ini Art teraneh yg pernah saya bikin! Bayangkan aja, ini bahannya dari kulit singkong!!! K.U.L.I.T S.I.N.G.K.O.N.G!!!! Ingat itu XD kyahahaha~ iseng aja gitu, pas lagi bantuin Halmoni di dapur, ngupasin singkong trus saya potong-potong tuh kulit. Kepikiran, “kenapa nggak bikin tulisan hangul aja ya??” daripada saya bikin berantakan karena motong kecil-kecil tu kulit singkong, mending dibentuk tulisan, ‘kan? Si nenek jg nggak ngeh kalau saya lagi bikin tulisan hangul, jadi nenek cuek ajah (padahal nenek saya juga penyuka Dram-Kor lhoo!)

Dengan sedikit ketelatenan dan becarefull (?) dihasilkan juga tulisan hangul Hanbi dan Kai (EXO) ^^ cihuyyy! Bias dan selingkuhan baru saya hahahaha…

 5.      Hand-Made Goodies ala Asuka

 

Yg ini jelas lanjutan dari nomer empat! Setelah kulit singkong tadi berhasil saya bentukin, dipikir lagi kalau cuman kulit singkong putih ini doang, apa bagusnya?? Saya putar otak, bolak balik kamar-dapur dan nemuin kertas (yg sebenarnya mau dibikin jadi sampul Makalah) dan plastik pelapis transparan (yang biasa buat sampul Makalah juga) akhirnya timbul ide di benar saya. Tulisan hangul tadi ditempelin di potongan kertas, disambung pake lakban putih dan dikasih tali biar bisa digantungin. Dan jadi deh!!! Nggak bagus-bagus amat sih, tapi saya puas 🙂

 6.      My Confession

 

Aah Fan-Art yg ini nggak lebih dari tulisan tangan saya yang ngopy punya temen XP lumayan tau sih artinya, tiga baris atas itu pure kalimat bikinan saya, sementara yang baris ke empat itu ‘nyontek’ dari orang ._.v (maaf…)

 7.      Sand-Art

 

Baca judulnya, udah jelas ini karya (?) di atas pasir. Yeep, waktu itu (kalau nggak salah bulan lalu) saya sama my pal lagi jalan-jalan sore ke Gosong (pantai kecil di tempat saya itu disebut ‘gosong’, tapi bukan gosong = hangus, ya!) karena bosen keliling2 di sana kagak ada kegiatan, kita putusin buat tulis nama kita lalu di foto. Yang ini salah satunya, saya minta dia bikin tulisan “PRIMS 사랑 FTI” lalu ada emoticon smile di kiri bawah tulisan PRIMS (kagak keliatan emang, kekecilan)

Awalnya dia nggak ngerti, PRIMS itu apa, trus saya jelasin baru dia manggut-manggut. Tadinya saya pengen difoto bareng ini tulisan, tapi nggak jadi karena mendadak nggak pede XP hahahaha…

 

 

FAN-ART saya baru segitu, kalau (bisa) bertambah insya Allah saya posting lagi lanjutannya di WP ini^^

 

Tambahan:

Saya kasih piku-nya, benda-benda dengan warna biru yang saya punya di rumah… Lumayan banyak, bukan??? :))

[Lyrics] One Direction – What Makes You Beautiful

One Direction

“What Makes You Beautiful”

 

 

[Liam]

You’re insecure

Don’t know what for

You’re turning heads when you walk through the door

Don’t need make up

To cover up

Being the way that you are is enough

 

[Harry]

Everyone else in the room can see it

Everyone else but you

 

Chorus:

Baby you light up my world like nobody else

The way that you to flip your hair gets me overwhelmed

But when you smile at the ground it aint hard to tell

You don’t know (oh oh)

You don’t know you’re beautiful

If you only saw what I can see

You’ll understand why I want you so desperately

Right now I’m looking at you and I can believe

You don’t know (oh oh)

You don’t know you’re beautiful (oh oh)

That’s what makes you beautiful!

 

[Zayn]

So c-come on

You got it wrong

To prove I’m right I put it ni a song

I don’t why

You’re being shy

And turn away when I look into your eye eye eyes

 

[Harry]

Everyone else in the room can see it

Everyone else but you

 

Chorus:

Baby you light up my world like nobody else

The way that you to flip your hair gets me overwhelmed

But when you smile at the ground it aint hard to tell

You don’t know (oh oh)

You don’t know you’re beautiful

If you only saw what I can see

You’ll understand why I want you so desperately

Right now I’m looking at you and I can believe

You don’t know (oh oh)

You don’t know you’re beautiful (oh oh)

That’s what makes you beautiful!

 

Bridge:

Nana (chant)

 

[Harry]

Baby you light up my world like nobody else

The way that you to flip your hair gets me overwhelmed

But when you smile at the ground it aint hard to tell

You don’t know (oh oh)

You don’t know you’re beautiful!

 

(Back to chorus)

 

[Harry]

That’s what makes you beautiful!

 

Cr: http://videokeman.com/one-direction/what-makes-you-beautiful-one-direction/

 

 

Ayee! Kali ini tiba-tiba muncul dengan sebuah lagu dari boyband asal luar negeri, yg jelas bukan dari Korea ya visitor! Yeep! Tau ‘kan sama One Direction? Pasti tau dong ya! Udah denger lagunya yg “What Makes You Beautiful ini” ‘kan? Mayoritas pasti udah pernah denger^^ (hey sepertinya Cuma saya yg ketinggalan berita boyband ini -__-“) yg jelas One Direction ini udah ada sejak 2011 dan saya baru tau ada BB luar negeri (disamping A4 sm Westlife) yg sekeren ini selain korea 😀 itu juga gegara salah satu temen di kampus yg ngasih tau kalau lagu One Direction yg judulnya What Makes Beautiful ini bagus dan (katanya) salah satu personilnya itu seorang Muslim. Si Zayn Malik, tapi belum tau pasti sih. Dia lahir 12 januari 1993, wow eh sm kayak si Do Kyung Soo EXO-K >< (kan, kan~ akhirnya nyambung ke Korea lagi ._.a)

[Lyrics] FT Island – Compass Korean ver. (Five Treasure Box)

  Artist : FT Island (에프티아일랜드)
Title Track : Compass (그 길)
Album : 4th Album – Five Treasure Box
Release Date : 2012.09.10
Genre : Idol, Rock
Company | Publisher : F&C Entertainment | CJ E&M

 Lyric (han-geul + romanization) :

햇살이 눈부신 9월 어느 날이었지
hessari nunbusin guwol oneu nariotji
자주 걷던 그 길을 우린 걸었어
jaju gotdon geu gireul urin gorosso
늘 내 편이 되 주겠다던 너의 말
neul ne pyoni dwe jugetdadon noye mal
넌 정말 세상 누구보다 아름다워
non jongmal sesang nuguboda areumdawo

언제나 내 두 손을 꼭 잡고 얘기해줬지
onjena ne du soneul kkok japgo yegihejwotji
언젠가 내가 원하는 꿈이 이뤄질 거라고
onjen-ga nega wonhaneun kkumi irwojil gorago

가끔씩 우리 걷던 그 길 걸어 보곤 해
gakkeumssik uri gotdon geu gil goro bogon he
어디선가 날 부르는 네 목소리
odison-ga nal bureuneun ne moksori
결국엔 가슴만 아파질 거란 거
gyolgugen gaseumman apajil goran go
알잖아 그래도 멈출 수가 없는 걸
aljana geuredo momchul suga omneun gol

돌아와 달라는 내 목소리 전해지는 지
dorawa dallaneun ne moksori jonhejineun ji
또 다시 혼자 걷던 그 길로 돌아가고 싶지 않아
tto dasi honja gotdon geu gillo doragago sipji ana

사소한 약속들 조차도 지키지도 못했었던 나였지
sasohan yaksokdeul jochado jikijido mot-hessotdon nayotji
아 아파했었던 너의 마음을 왜 난 알아주지 못했었나
a apahessotdon noye maeumeul we nan arajuji mot-hessonna

미안해 지금에야 얘기해 정말 미안해
mianhe jigeumeya yegihe jongmal mianhe
사랑해 지금도 그 길에서 너만을 기다릴게
saranghe jigeumdo geu gireso nomaneul gidarilge

 Credit

http://chacha-31.blogspot.com/2012/09/hangulromanization-ft-island-compass.html
Han-geul & Album Information :: Daum Music
Simple Romanization :: ✿Chokollit

[Share] Movie Horror-Thriller

Huwaaa kali ini memunculkan postingan tentang korean movie yg udah kutonton, yah sekedar intermezzo karena lagi galau sm tugas kuliah yg bejibun TT_TT *cry

Berhubung aku penyuka film-film dengan genre horror-thriller 😀 (meski sebenernya aku ga begitu pemberani amat, alias sedikit penakut haha..!) yaudah, kita mulai ya!

 

  1. 1.   Two People (Someone Behind You)

 

Movie tahun 2007 ini menceritakan tentang seorang gadis bernama Ga In yang tiba-tiba saja hidupnya penuh dengan ancaman dari seluruh orang di sekitarnya, termasuk ibunya. Mereka berambisi membunuhnya hingga ia berniat ‘kabur’ dari kenyataan hidup itu. Nggak lama Ga In ketemu sama pemuda yang satu sekolah sama dia, tapi misterius banget. Pemuda itu bilang jangan pernah percaya siapapun, bahkan dirimu sendiri. Nah itu Quote yang aku favoritkan di movie ini^^ berasa misterius dan teka-teki banget! Hehehe! Dan ternyata ending film ini bikin aku mikir ‘nggak nyangka banget jadi gini!’, mengejutkan! Peringatan: film ini berdarah-darah lho, jadi harus siap hohohoo… Di sini juga ada Lee Ki Woo (si tiang listrik yg main drama Flower Boy Ramyeon, lol) dia berperan jadi pacarnya Ga In.

 

  1. 2.   Acasia

 

Movie bergenre horror yang rilis tahun 2003 ini menurutku punya ending yang lumayan sedih dan mengharukan. Sebuah keluarga yang mengadopsi seorang anak laki-laki bernama Lee Jin Seong (bocahnya lumayan menggemaskan meski kesannya penuh rahasia ._.v), hingga suatu hari Jin Seong menghilang—kata ibu angkatnya, dan mereka nyari dimana-mana tetep nggak ketemu. Aku nggak tahu nyambungnya dimana, pas ada scene si nenek lagi berdiri di bawah pohon akasia di halaman rumah mereka, bunganya jatuh dan dihirup sama si nenek. Eh taunya nenek itu tiba-tiba muntah darah dan masuk rumah sakit. Kakeknya juga, tiba-tiba roboh dan diserang sejumlah semut yang lumayan banyak dan ada satu yang keluar dari matanya (iiish.. yg ini ngeri bener dah :3) dan endingnya mengisahkan kejadian yang sesungguhnya. Jin Seoung bukannya hilang, melainkan meninggal karena ketidaksengajaan sang ibu lalu mereka menguburkannya di bawah akar pohon akasia. Sebagai satu-satunya saksi kejadian itu, bocah perempuan anak tetangga tutup mulut.

 

  1. 3.   Apartment (A.P.T)

 

Lagi-lagi Horror movie, dan kali ini dari tahun 2006. Sebenarnya aku kurang ngerti jalann ceritanya, tapi yang jelas film ini bermula dari seorang perempuan yang tiba-tiba menjatuhkan diri di rel kereta dan jelas lah dia tewas ketabrak kereta yang lagi melaju. Nah perempuan yang kebetulan melihat kejadian itu merupakan kunci di film ini. Se Jin, dia tinggal di apartemen dan mendadak paranoid pas jam 9.56pm (atau jam sepuluh kurang empat menit) karena ngeliat ada penghuni apartmen lain yang bunuh diri. Dari saat itu, kematian penghuni apartmen (yang katanya mematikan lampu di bawah pukul 9.56pm) terus berlanjut. Polisi bilang Se Jin gila, karena memperingati orang-orang agar tidak mematikan lampu sebelum jam sepuluh malam. Endingnya pun aku kurang paham, Se Jin bunuh diri dari lantai atas apartemennya.

 

  1. 4.   The Phone

 

Aku seneng sama film ini karena yang main Ha Ji Won^^, rilis tahun 2002 dan menurutku ini adult (dewasa). Ji Won berperan menjadi Ji Won, seorang jurnalis yang meneliti kasus pengidap Pedophilia lalu pindah rumah. Kadang kala dia mendengar bunyi piano yang nggak tahu jelas berasal dari mana. Seiring itu, ponsel yang dia miliki juga aneh, kadang ada penelepon misterius yang nggak bicara jelas masuk ke nomornya. Sementara anak teman sekaligus tetangganya, masih bocah tiba-tiba agresif sama ayahnya. Dia juga suka marah-marah kalau orang tuanya deket. Lama kelamaan anak itu jadi kerasukan dan histeris. Sampai pada akhirnya terungkaplah siapa penyebab keanehan di tubuh anak perempuan itu. Seorang gadis yang dulunya selingkuhan si suami (hadeeh~ -___-“) dan ponselnya itu ya yang dipake Ji Won sekarang. bahkan nomernya pun sama persis (wow gitu?? O.O). Dia meninggal dengan cara yang sadis dan mayatnya disembunyikan di salah satu bagian rumah tetangga Ji Won itu.

Untuk endingnya, kayak kebanyakan movie horror yang lain kan biasanya gantung2 gimanaa gitu… The Phone juga sama, setengah-setengah alias gantung. Karena Ji Won nggak mau diganggu sama ponsel aneh itu lagi, akhirnya dia buang deh tu ponsel ke laut dan tau apa yang terjadi?? Ponsel itu menyala dalam air dan mendapat incoming call! (lol, ending yang mengejutkan!)

 

  1. 5.   Into the Mirror

 

Meskipun film ini udah rilis tahun 2003 silam (ceilee..) tapi baru beberapa bulan kemarin aku nontonnya (huwaaaa… T^T) Idenya cukup menarik, bermula dari seorang polisi bernama Young Min yang menangani kasus pembunuhan di sebuah departemen store lalu mendapatkan petunjuk-petunjuk aneh. Dia nggak Cuma fokus di masalah departemen store itu aja, tapi juga masalah kematian saudara kembarnya Ji Hyun yang pernah bekerja di sana. Meski awalnya bingung, tapi lama-lama bisa terungkap dan itu berhubungan dengan cermin. Young Min yang punya kesalahan di masa lalu sempat bertengkar sesama rekan polisinya, tapi mereka bisa bergabung untuk membekuk dalang kecurangan di departemen store yang tidak lain adalah PresDir tempat itu. Jelas lah dengan bantuan si hantu, saudara kembarnya Ji Hyun yang juga dendam sm tu presdir. Masalah beres, tapi aku bingung sama alurnya dimana Young Min tiba-tiba terluka dan masuk rumah sakit karena tertembak. Ditampilkan dia menembak bayangannya di cermin, tau-tau dia udah terluka aja. Lucunya, pas keluar dari rumah sakit, Young Min merasa aneh sama tulisan di ambulans, yang biasanya terbalik kini bisa dibaca dengan benar. So, what’s weird here? Setelah dia liat sekelilingnya, semua tulisan terbalik seperti dalam cermin! Dia panik dan bercermin di salah satu kaca toko, dan kenyataannya adalah Young Min hidup di dalam cermin dan dia mati di dunia nyata. Kata-katanya aku salut sekaligus merinding, Kau mungkin mati di dunia nyata, tapi kau bisa tetap hidup di dalam cermin. Hmm~ ada yang sependapat? 🙂

 

  1. 6.   Muoi (The Legend of Portrait)

 

Film ini rada campuran, antara Korea ma Vietnam. Pada juli 2007 rilis di korea, dan desember rilis di Vietnam. Ceritanya dibawa dari seorang penulis novel, Yun Hee yang pengen nulis cerita tentang legenda Muoi dari Vietnam. Demi dapatin bahan tulisan yang real, dia memutuskan untuk pergi ke Vietnam sekaligus mengunjungi seorang teman lama yang bernama Seo Yeon. Gadis cantik itu mengajak Yun Hee tinggal di sebuah rumah kayu yang cukup mengerikan dan kental dengan nuansa Vietnam-nya. Pernah sekali Yun Hee diusir oleh nenek-nenek buta yang tidak suka kalau dia nyari tahu tentang si Muoi yang menurut kepercayaan mereka adalah gadis cantik jelmaan iblis. Cerita hidupnya mirip sama Seo yeon yang dulunya teraniaya di Korea hingga memutuskan untuk menetap di Vietnam. Setelah melihat lukisan yang katanya lukisan Muoi, Yun Hee mulai dikejar-kejar rasa takut dan ragu untuk meneruskan niatnya mengumpulkan data. Dia nggak tahu kalau ternyata Seo Yeon adalah titisan Muoi dan terakhir setelah mendapatkan sebuah belati dari dukun Vietnam, Yun Hee menancapkan  benda tersebut tepat di jantung Seo Yeon. Sialnya lagi, sebelum itu Yun hee sempat membaca tulisan yang ada di balik sebuah gambar dan merupakan mantera untuk kebangkitan Muoi, dengan jalan kematian. Seo Yeon meninggal, dan Muoi kembali bangkit melalui Yun Hee untuk membunuh orang-orang yang telah menyakiti Seo Yeon.

Di film ini cukup banyak adegan yg bikin kita kaget dan nahan nafas.

 

  1. 7.   Arang

 

Movie dari tahun 2006 ini cerita tentang detektif perempuan, So Yeong yang punya partner laki-laki namanya Hyun Gi (Lee Dong Wook). Mereka menelusuri kasus pembunuhan misterius yang ada hubungannya dengan dendam masa lalu. Yang meninggal, beberapa menit sebelumnya mendapat e-mail aneh berisi lagu dan gambar rumah tua di desa. Setelah itu dia mulai ketakutan dan terkena serangan jantung. Karena penasaran, So Yeong pergi ke suatu desa, dan menemukan rumah Garam yang katanya berhantu. Penyelidikan demi penyelidikan mereka lakukan, hingga ditemukannya sebuah rekaman pelecehan kepada seorang gadis di rumah garam. Sebenarnya So Yeong kenal sama gadis yang meninggal jadi arwah itu, tapi entah karena apa dia jadi trauma dan lupa ingatan. Hyun Gi juga rupanya ada hubungannya dengan kasus itu, dia adalah pemuda yang dulunya sangat menyukai gadis yang meninggal di rumah garam tersebut dan berniat balas dendam kepada orang-orang yang menyakiti gadis itu.

Tragis lho, mayatnya yang dikubur dalam tumpukan Garam di rumah tua itu, ternyata sedang hamil dan keduanya meninggal di sana. Bukan serem sih, tapi tega hik hik hik~

 

  1. 8.   Bunshinsaba

 

Aku juga suka sama film ini, meski yah lumayan nggak bisa dicontoh :3. Yoo Jin, gadis pindahan yang suka dibully sama temen sekelasnya yang songong, melakukan ritual pemanggilan roh / arwah untuk mengutuk mereka yang sudah menyiksanya. Sebagai aturannya, jangan buka mata sebelum ritual benar-benar berakhir. Tapi Yoo Jin malah ngeyel dan dia yang buka mata, jadilah dia diganggu sama roh yang gentayangan itu. Sejak saat itu, siswi-siswi yang namanya mereka tulis di ritual itu meninggal dengan kepala terbakar dan dibungkus plastik. So, semua orang curiga sama Yoo Jin yang pernah bilang kalau dia seperti dikendalikan makhluk yang dia sendiri nggak tahu itu apa. Masyarakat desa (khususnya guru-guru di sekolah Yoo Jin) pengen mengusir mereka biar nggak bikin kekacauan lebih jauh lagi. Nah, muncullah seorang guru perempuan, guru Lee yang berusaha menyelamatkan Yoo Jin bersama dengan guru pria, Guru Han. Padahal, guru Lee itu sendiri merupakan reinkarnasi Chun Hee (wanita yang punya ilmu hitam dan dibantai masyarakat desa 30 tahun yang lalu) dan Yoo Jin sebagai ‘anaknya’, Insook yang buta dan dapat melihat dengan bantuan kekuatan Chun Hee.

Miris sih pas ada scene flashback dimana Chun Hee dan putrinya Insook dibakar sama warga, aku pikir tega bener berlaku kayak gitu hanya karena mereka miskin. Padahal, guru-guru di sekolah itu juga sama jahatnya. Mereka ngebiarin Chun hee ngejual diri demi anaknya biar bisa bersekolah karena dia nggak mampu bayar lagi.

 

  1. 9.   Cello

 

Movie tahun 2005 ini sebenarnya kisah tentang sebuah persahabatan yang kandas hanya karena persaingan di bidang musik. Mi Ju, seorang guru musik spesialis Cello mengalami hal-hal mengerikan di rumahnya sendiri dan anak perempuan tertuanya, Yoon Jin mulai menyukai Cello yang pertama kalinya dibawa ke rumah sudah digonggongin sama anjing peliharaannya. (biasa, kan hewan kalau ada hal-hal mistik suka menyalak-nyalak nggak jelas) besoknya tu anjing mati dengan sebab yang nggak diketahui secara pasti. Mi Ju punya sodara perempuan, namanya Kyung Ran yang sebentar lagi menikah sama kekasihnya. Tapi tahu-tahu dia pernikahan mereka malah dibatalin dan dia frustasi. Anak bungsunya Mi Ju, Yoon Hye takut liat bibinya yang berpenampilan ala-ala rock (pake eyeliner yang luntur gegara nangis dan gaun pengantinnya jadi awut-awutan kagak karuan). Kyung Ran balik ke kamarnya dan tertegun ngeliat fotonya sama pacarnya yang kemudian muncul bayangan mengerikan dan mengejutkannya sampai-sampai dia terlempar ke jendela. Tau apa yang terjadi? Kyung Ran tewas dengan leher terlilit korden dan tergantung tepat di jendela kamar Yoon Jin. Suami Mi Ju mulai curiga nih, ada yang nggak beres sama masa lalu istrinya tapi Mi Ju enggan cerita yang sebenernya. Hingga si Yoon Hye jatoh dari balkon lantai dua karena Yoon Jin dan Mi Ju menyaksikan sendiri gimana Yoon Jin menjatuhkan adiknya. Dia sembunyiin deh mayat Yoon Hye di gudang dan pada akhirnya ditemuin juga sm suaminya.

Ane pikir, Mi Ju bener-bener ngebunuh semua orang rumahnya, tapi ternyata dia mengkhayal dan diberi kejutan ulang tahun terus dapat hadiah berupa piringan hitam gede musik klasik dari suami dan adik perempuannya. Ane pikir lagi, cerita berakhir bahagia sampai di situ, tapi ternyata……

 

  1. 10.            Yoga Academy

 

Movie dari tahun 2009 ini dimainkan beberapa aktris cantik, kayak Eugene aka Yoo Jin (yang main di King Baker Tak Goo), Park Han Byul, dll. Mereka berdua barengan tiga gadis lainnya mengikuti sebuah akademi yoga yang dipimpin oleh Na-ni, dan mendapat banyak aturan yang nggak boleh dilanggar sama sekali. Seperti misalnya, nggak boleh bawa ponsel, nggak boleh makan seenaknya, nggak boleh ngaca, terus nggak boleh keluar dan banyak lagi. Satu persatu dari mereka nggak tahan dan malah ngelanggar aturan-aturan itu. Maka kematian yang menghadang. Hanya Hyo Jung (Yoo Jin) yang sanggup bertahan di sana hingga akhir seorang diri, tapi dia malah ketakutan karena ritual terakhir sebelum mendapatkan kundalini sempurna. Dan karena Hyo Jung nggak mau, maka Na-ni lah yang jadi korbannya.

Ini film cukup menegangkan, apalagi kejutan-kejutan di beberapa adegan sukses bikin merinding. Tapi yang aneh tuh pas ending, Hyo Jung malah ketemu lagi sama empat orang rekannya di Yoga Akademi itu!

 

  1. 11.            Best Seller

 

Film ini bercerita tentang seorang penulis buku wanita best seller (sesuai sama judulnya) yang lagi tenar-tenarnya akan tetapi tiba-tiba diterpa badai fitnah yang mengatakan kalau buku terbarunya itu adalah hasil plagiat buku beberapa tahun yang lalu. Nah lho, si penulis dan managernya kelimpungan buat konferensi pers hal itu dengan bukti yang benar-benar nyata. Demi meredakan kepanikan itu, si penulis wanita pergi menenangkan diri bersama seorang putrinya ke sebuah desa. Mereka menempati villa kosong yang selanjutnya menjadi sumber ide berlimpah bagi penulis wanita itu. dia kirim naskahnya, naik cetak dan ternyata hal itu terulang lagi. Dia tetap dituduh plagiat. Masalah itu berujung pada terkuaknya misteri pembunuhan di desa tersebut oleh beberapa orang pemuda meski didasari ketidaksengajaan semata. Pesan yang ingin disampaikan oleh arwah diberitahukan melalui tulisan si penulis tersebut.

Menurutku film ini lebih mengarah ke Psycology, tentang kejiwaan. Buktinya, si penulis itu mengalami gangguan jiwa serta halusinasi tentang sosok putrinya yang ternyata udah meninggal karena kesetrum.

 

  1. 12.            Red Shoes

 

Movie bloody ini lumayan mengerikan untuk ditonton bagi anak-anak (jelas lah!) aku aja mual-mual tiap liat adegan berdarah-darahnya :3 cerita bermula dari sebuah sepatu high heels pink yang ditemukan seorang siswi SMA di kereta bawah tanah dan membuatnya terlibat perebutan dengan temannya. Alhasil, temannya menang dan membawa kabur sepatu pink tersebut lalu memakainya. Tak lama dia mulai mendengar bunyi ketukan sepatu seakan membuntutinya hingga ia terjatuh. Dan apa yang terjadi? Ternyata kakinya buntung sebatas mata kaki. Maka sejak itulah sepatu misterius berdarah itu terus berpindah tangan dan sampai kepada seorang janda beranak satu. Sepatu itu sempat direbut oleh temannya yang bertubuh gendut, tiba-tiba temannya itu pun tewas dengan mata dicongkel dan kaki yang putus sebatas mata kaki (sama seperti korban pertamanya). Sepatu kembali kepada si janda dan ia memperebutkan benda itu dengan anak perempuannya. Korban selanjutnya adalah anak perempuannya yang kelihatannya sangat terobsesi dengan sepatu pink itu.

Sejujurnya, itu bukan red shoes, melainkan pink shoes—seharusnya—tapi entahlah mungkin filosofi judul disesuaikan sama jalan cerita yang mengharuskan high heels itu memakan korban dan melibatkan banyak darah. Hiiiy~ aku paling takut plus ngeri pas scene ahjumma gendut itu ditarik ke dalam toko dan menabrak kaca hingga kakinya kepotong. Mana lagi ada tangan tanpa wujud yang mencabut bola matanya. Aish, nggak disaranin deh anak kecil nonton film ini.

 

 

Huufft~ duabelas judul cukup-lah membikin pegal jemari mungil saya buat mengetik 😀 sekian dulu share masalah K-Movie-nya, kapan-kapan saya lanjutin lagi. Kalau ada yang punya saran mengenai Movie-movie yang lain (terutama horror-thriller), sok atuh dikomen yah dikomen^^ hehehe~ saling berbagilah, nggak apa kan?

 

N/B : Saya masih pengen banget (pake BANGET!) nonton Final Destination 5 (ini film luar negeri, sih..) Deathbell seri berapa aja, penasaran sangat!!! Movie ‘White’ juga, yang ada Eunjung-nya! Terus-terus, Movie Horror yang terbaru apa yaa???????????????

Maaf minim piku >,<

[Fanfic] If You Hurt Like Me Chapt. 1

Title : If You Hurt Like Me part 1

Author : Asuka (@_Asuka7)

Casts : Aron Kwak –Nu’Est–, Hwang Min Hyun –Nu’Est–, Son Na Eun –A.Pink–, Hong Yoo Kyung –A.Pink–

Other Casts : All of Nu’Est Member, All of A.Pink Member

Genre : School-life, Little-Angst, Romance, Friendship

Lenght : Part

Rate : PG-15

Disclaimer : All casts isn’t mine, but plot is mine. I’m so sorry if there is some mistake in the description of this school, my knowledge of SOPA is limited. So please be tolerated and dont bashing and plagiarism, okey?

©Asuka©

Dua pasang kaki yang berlarian membelah keriuhan di salah satu lantai gedung Seoul Of Performing Art School atau yang lebih dikenal dengan SOPA itu saling berkejaran. Salah satu dari mereka berusaha mengatur nafasnya yang mulai tak terkontrol, sementara yang satu lagi menyunggingkan senyum jahil seraya menenteng sebuah kamera SLR di tangannya.

“YA! Kwak Young Min! Aku perintahkan kau untuk berhenti sekarang! Kau dengar?!” pekik gadis berseragam kuning itu berusaha mengejar seseorang yang berlari di depannya. Rambut panjangnya bergoyang seiring dengan hentakan kakinya.

“Apa?? Aku tidak dengar, Son Na Eun!” balasnya tak kalah sengit sambil menjulurkan lidah ke arah gadis yang disebutnya Son Na Eun tersebut. Beberapa orang siswa di koridor itu menatap keduanya dengan tatapan bertanya. Sedang ada perlombaan lari kah?

“Sss~ Hhh~ Aku menyerah, tolong kembalikan kameraku!” Na Eun memperlambat kecepatan larinya, bukan karena melihat pemuda tadi berhenti di hadapan gurunya, melainkan ia memang kelelahan.

“Young Min-Ssi, apa yang kau lakukan di sini? Sebentar lagi bel masuk berbunyi.” Tegur Tuan Jung, salah satu guru di sekolah itu membuat Kwak Young Min—yang lebih biasa dipanggil Aron oleh teman-temannya itu—membungkuk sopan dan mengucap salam. Tentu saja Na Eun bisa dengan mudah menyusulnya.

“Ng, itu… Saya hanya—”

“Dia menjahili saya, Sonsaengnim!” Potong Na Eun cepat membuat mata Aron sedikit membeliak dan berjengit samar. Tuan Jung mengangkat alisnya, “Tapi itu memang salah saya. Saya mengambil gambarnya diam-diam dan dia meminta saya untuk menghapusnya. Karena saya tidak kunjung menghapusnya, dia mengejar saya dan merebut kamera ini.” Jelas Na Eun mengambil kameranya dari tangan Aron yang masih melongo.

Tuan Jung mengelus dagunya sejenak, “Oh, begitu ya? Lain kali jangan buat keributan di koridor, kalian tahu? Itu mengganggu. Nah, sudah saatnya masuk kelas.” Suruh Tuan Jung pada kedua muridnya itu. Mereka membungkuk cepat dan berbalik ke arah kelas masing-masing yang kebetulan di lantai yang sama.

“Hey, kupikir kau akan mengadu padanya.” Sikut Aron pada lengan kiri Na Eun. Gadis itu mengangkat wajahnya, “Untuk apa mengadu? Meski dihukum, kau tidak akan jera juga.” Sahutnya enteng.

“Haish, lagipula kenapa kau mengambil fotoku diam-diam? Kurang kerjaan sekali.” Pemuda berwajah western itu memasukkan tangannya ke dalam saku almamater.

“Ini demi misiku, sebagai wartawan sekolah. Kurasa aku bisa mendapatkan foto serta beritamu dan memuatnya di majalah bulanan sekolah, dan pose-mu saat tidur itu sangat menggemparkan.” Na Eun tidak menatap Aron, sibuk memeriksa hasil-hasil gambarnya di kamera. Selain terdaftar sebagai siswi jurusan teater di SOPA, Na Eun juga tergabung dalam anggota kelompok penyusun majalah sekolah dan bertugas untuk meliput berita tentang murid-murid berbakat di sekolah mereka.

Aron sendiri memiliki sebuah grup band yang lumayan punya nama dan popularitas di SOPA, bertajuk Nu’Est yang beranggotakan empat orang. Terdiri dari Aron, sebagai vokalis, Choi Min Ki atau lebih sering disebut Ren pada bass, JR pada gitar merangkap rapper dan yang terakhir Hwang Min Hyun memegang tugas sebagai drummer.

Sebagai sahabat, Na Eun tahu betul hobi bermusik sahabatnya itu. Ia berencana memasukkan profil Nu’Est ke dalam buletin untuk majalah bulanan yang diterbitkan mandiri oleh SOPA sebagai media yang bisa memperkenalkan siswa-siswi berbakatnya ke publik.

“Setidaknya minta izin dulu padaku. Kau bisa kutuntut dengan tuduhan pencemaran nama baik.” Ancam Aron dengan nada bergurau. Na Eun tertawa mendengarnya, “Ya~ belum debut saja kau sudah bersikap sok begini. Sepertinya aku salah memilih orang yang akan jadi profil majalah bulan depan. SOPA dan Nu’Est bisa-bisa malu karena sikapmu.” Cibir Na Eun lagi.

“Aku tidak sok. Bukankah setiap yang masuk daftar majalah adalah orang yang penting, atau setidaknya berbakat?” Aron menekan tombol di dinding untuk membuka lift.

“Arayo. Tapi jika kau seperti ini aku tidak sudi mewawancaraimu dan anggota Nu’Est yang lain.” Na Eun melangkah acuh tak acuh memasuki lift yang sudah terbuka disusul kemudian Aron di sampingnya dan beberapa anak setingkat mereka.

“Ah, kupastikan kau tidak menyesal memasukkan kami ke dalam kolom buletin majalah SOPA bulan nanti. Seluruh kelas musik juga tahu kalau kami adalah band yang siap untuk debut. Aku benar, ‘kan?” Aron menyentuh pundak salah seorang siswa di sebelahnya, meminta dukungan. Yang ditanya hanya mengangguk bingung.

Na Eun melengos, “Baiklah, baiklah. Aku percaya kau, Kwak Young Min.” Tangannya mendarat di bahu kanan Aron, menghadiahi tepukan semangat. Dengan setengah gusar pemuda itu menurunkan tangan gadis itu dari bahunya.

“Sudah kubilang, panggil aku Aron. A-R-O-N! Itu nama panggungku.” Cecarnya tidak terima jika Na Eun memanggilnya dengan nama lengkap. “Cerewet sekali si vokalis ini!” ejek gadis bermarga Son itu sambil menghadiahi sebuah jitakan di kepala Aron.

“Auh! Tanganmu itu tidak bisa diam, yah?!” Pemuda tampan itu meringis kecil saat Na Eun mentertawakan mimik mukanya. Setelah membuang nafas sekali, Aron tiba-tiba menggamit lengan Na Eun dan menariknya keluar dari lift yang sudah terbuka.

Na Eun kebingungan, ia menatap tangannya yang digenggam oleh Aron sehingga menimbulkan getaran hebat di rongga kiri dadanya. “Sebagai hukumannya, kau harus mengenakan gelang ini.” Pemuda itu melepaskan gelang di tangan kirinya dan memasang benda itu di pergelangan tangan Na Eun yang masih menatapnya.

“Gelang apa ini?” tanya Na Eun terlalu polos, ia lalu mengamati gelang hitam yang dijalin silang dengan hiasan kepala tengkorak sebesar koin di tengahnya itu. Senyum miring menyembul di bibir Aron.

“Jika kau menggunakan tangan ini untuk menjahiliku atau orang lain lagi, maka tengkorak itu yang akan menggigitmu. Kau paham?” Telunjuknya mengacung tepat di depan hidung Na Eun.

“Haha… Itu konyol sekali, Aron!” Na Eun tertawa canggung, ia terus menutupi kegugupan yang menyergapnya. Darahnya berdesir setiap kali kulitnya bersentuhan dengan kulit pucat Aron. Kedua pipinya memanas ketika mendapat kerlingan nakal dari sahabatnya itu.

“Tidak peduli. Jangan dilepas ya? Ah, sudah bel. Aku masuk kelas dulu, sampai jumpa Son Na Eun!” Aron melambaikan tangan sebelum menghilang dari pandangan mata Na Eun yang menggenggam pergelangan tangan kanannya. Lebih tepatnya, memegang gelang pemberian Aron. Seceruk senyum tipis dan rona merah muda menghiasi wajah cantiknya.

***

Tidak bolehkah kau menyimpan rasa suka terhadap sahabatmu sendiri? Kepada orang yang selalu di sampingmu dan memperhatikanmu dengan tulus, sehingga bersama iringan waktu perasaan itu tumbuh dengan sendirinya di hatimu?

Ah, mana ada peraturan hukum macam itu, setiap orang berhak untuk mencintai dan dicintai oleh siapa saja ‘kan? Hanya saja, paradigma mayoritas orang yang beranggapan cinta dapat merusak sebuah hubungan persahabatan karena pada saat cinta itu kandas dan perasaan dua manusia tidak lagi sama, maka yang terjadi adalah kecanggungan satu sama lain dan enggannya bertegur sapa.

Tapi bukankah persahabatan juga dilandasi cinta dan kasih sayang? Bukankah harmonisasi hubungan manusia – manusia, manusia – Tuhan, serta manusia – alam berlandaskan kecintaan? Pikiran serta ketakutan manusia lah yang menciptakan pengecualian tersebut.

Aku menyukai Aron. Aku menyukainya lebih dari seorang sahabat, dan aku peduli padanya lebih dari yang orang-orang ketahui selama ini. Jeritan hati Na Eun tersebut belum dapat ia utarakan melalui lisan karena status yang disandangnya sebagai ‘sahabat’ dari Aron.

“Ya! Son Na Eun, sudah kah kau hapal naskahnya?” tegur Yoo Kyung, salah seorang teman sekelasnya. Mereka tengah duduk di antara ratusan bangku kursi berwarna merah hati yang ada di teater room, berlatih untuk menghapal dialog serta perbaikan intonasi.

Gadis itu menyeringai aneh, “Mian. Aku tiba-tiba saja tidak bersemangat. Aku kelaparan, Yoo Kyung-ah…” rengeknya dengan wajah memelas. Gadis bermarga Hong yang duduk di sampingnya itu menganga dengan bahu melorot.

“Haish, mau mengganjal perutmu dengan kertas naskah ini? Istirahat sebentar lagi, Na Eun-ah. Bersabarlah sedikit.” Bujuk Yoo Kyung pada temannya itu. Na Eun terpaksa mengangguk patuh saat dilihatnya Tuan Ahn—guru seni spesialis akting—yang berdiri di atas panggung melirik padanya dengan tajam.

“Aku menurutimu. Psst- kita lanjutkan saja latihannya, Tuan Ahn curiga dengan gerak gerikmu.” Bisik Na Eun takut terdengar hingga ke telinga instruktur paruh baya itu dan juga khawatir rekan-rekannya terganggu.

“Bukan aku! Kau yang memulainya, tahu!” Sentak Yoo Kyung mengibaskan lembaran naskah berjilid miliknya di depan wajah Na Eun. Tuan Ahn berdehem singkat dan menyadarkan Yoo Kyung untuk segera kembali ke posisi awalnya. Na Eun hanya terkikik pelan melihat Yoo Kyung yang ketakutan.

Waktu istirahat tiba, seluruh siswa siswi SOPA meninggalkan kelasnya terkecuali yang masih memiliki kelas tambahan atau ada di antaranya lebih memilih latihan ketimbang mengisi perut di kantin sekolah. Na Eun dan Yoo Kyung bersama dua orang temannya memasuki area kantin yang didominasi warna putih, cerah dan tata letak meja kursi yang begitu apik. Jika kau menginjakkan kaki di sana, akan terpikir apakah kalian sedang berada di kantin sekolah atau restauran?

Keempat dara tersebut mengambil tempat di sudut kanan dan berada di dekat jendela. Masing-masing dari mereka sudah membawa baki berisi makanan yang sesuai dengan porsinya. Baru saja Na Eun akan duduk di kursinya, salah satu temannya itu memekik dan menunjuk ke pintu masuk kantin.

“Ya! Nu’Est! Kenapa keempat pemuda tampan dan keren itu seakan tidak terpisahkan? Mereka memang band yang solid!” Pujinya dengan mata berbinar. Yoo Kyung serta Na Eun ikut menoleh. “Mereka sudah dicanangkan untuk masuk buletin majalah sekolah bulan depan. Benar ‘kan, Na Eun?” Yoo Kyung mengangkat dagunya.

“Ah, itu benar. Dan aku yang bertugas meliput serta mewawancarai mereka.” Ia memberikan senyuman cerianya. “Jinjja?! Aish kau beruntung sekali! Tunggu, bukankah kau cukup akrab dengan vokalis mereka, Aron?” serbu gadis berpita dengan name tag Jung Eun Ji yang duduk tepat di depan Na Eun.

“Begitulah. Aku memang mengenalnya sejak kelas satu.” Sahut Na Eun lalu menyendok sup kentangnya yang masih hangat. “Kalau begitu, kau pasti tahu siapa gadis yang tengah dekat dengannya sekarang? Kudengar Aron sedang mengincar salah seorang junior dari kelas tari.”

Ucapan Eun Ji itu sukses menghambat perjalanan sup dari tenggorokan mencapai lambung Na Eun, itu membuatnya tersedak singkat. “Uhuk! A-apa kau bilang? Gadis yang dekat dengannya?” Yoo Kyung dan dua temannya memfokuskan lensa mata mereka pada Na Eun.

“Jadi kau tidak tahu?” tanya temannya yang berambut ikal, Kim Nam Joo. Na Eun mengangguk lambat. Selera makannya tiba-tiba saja lenyap. “Itu, sepertinya gadis itu yang dimaksudkan.” Tunjuk Yoo Kyung datar di arah jam satu pada gerombolan Nu’Est yang baru akan menempati kursi kantin dibarengi tingkah aneh magnae mereka, Ren. Seorang gadis berperawakan mungil, tidak terlalu tinggi—bahkan mungkin Na Eun lebih tinggi enam senti darinya—dan berwajah manis menghampiri Nu’Est. Atau Aron lebih tepatnya.

Keempat pemuda itu mulai membuka perbincangan akrab dengan gadis manis itu dan yang menyakitkan bagi Na Eun adalah ekspresi Aron ketika menatap gadis itu. Ia kadang tersipu saat gadis yang tidak diketahui namanya tersebut tersenyum. Na Eun tak pernah melihat ekspresi itu selama ini.

“Jinjja! Jinjja jinjja! Kenapa hanya dia yang terlihat dekat dengan Nu’Est? Aku juga ingin sepertinya…” Rajuk Nam Joo sambil menggigit sendoknya. Eun Ji mengelus lembut kepala Nam Joo layaknya seorang kakak. Yoo Kyung memperhatikan Na Eun yang masih memandang ke arah meja Nu’Est. Ia tahu temannya itu memendam sesuatu, dan itu mengenai Aron!

“Gwaenchanayo?” Tak tahan jua, Yoo Kyung memastikan Na Eun baik-baik saja. Gadis itu mengangguk dan tersenyum getir, “Nan gwaenchana, Kyung-ah.” Sungguh berkebalikan dengan hatinya yang kini berdenyut menyakitkan. Na Eun mulai meraba dada kirinya, letupan-letupan kecil muncul. Namun yang kali ini berbeda, terasa perih. Ia menggigit bibir bawahnya, menahan sayatan-sayatan yang menorehkan rasa sakit di benaknya.

Benarkah aku menyukainya? Benarkah aku kesal saat dia bersama gadis lain? Seseorang, bantu aku mengartikannya!

***

Mata pelajaran olahraga usai, lapangan luas berwarna hijau yang ada di dalam gedung olahraga mulai ditinggalkan siswi terkecuali beberapa siswa yang masih melanjutkan pertandingan kecil basket mereka. Na Eun menyeret kedua kakinya menuju pinggir lapangan menghampiri tasnya yang tergeletak di sana. Dibukanya guna menemukan botol air yang selalu dibawanya. Namun desahan kecewa keluar dari mulutnya saat menerima kenyataan bahwa air di dalam tempat minum tersebut sudah kering. Tak bersisa.

“Ah, sudah habis rupanya. Tck, aku lupa menambah isinya tadi pagi.” Keluhnya sambil memiringkan botol gelap itu, memastikan sekali lagi jika sudah tidak ada apa-apa di dalamnya. Kemudian matanya menyisir seluruh sudut lapangan mencari sosok Yoo Kyung yang tiba-tiba menghilang.

“Aish, kemana Yoo Kyung? Pergi tanpa memberitahuku. Huuft~ mentang-mentang setelah ini kelas umum.” Na Eun menggembungkan pipinya dan memutuskan untuk pergi ke kantin sendiri. Ia memanggul postman bag-nya di pundak, berhenti di loker untuk menukarnya dengan tas ransel-nya.

Masih dengan seragam olahraga, Na Eun memasuki area kantin yang cukup ramai karena sudah memasuki jam istirahat. Ia beringsut menuju mesin minuman di sudut sebelah utara kantin yang tidak dijejali terlalu banyak orang. Na Eun memasukkan beberapa koin kemudian menekan tombol di sampingnya. Namun minuman yang diharapkan tak kunjung keluar.

“Hey, ada apa dengan mesin ini? Ayolah, bekerja sama denganku!” desak Na Eun menekan berkali-kali tombol tetapi tetap saja tidak bereaksi apa-apa. Setelah bosan tangannya melayang memukul bagian samping mesin dengan wajah kesal.

“Mesin itu memang sering bermasalah. Makanya tidak banyak siswa yang mau menggunakannya.” Sahut sebuah suara dari arah belakang. Na Eun berbalik dan menemukan seorang siswa berperawakan tinggi tersenyum sambil menyenderkan bahu kanannya ke tembok. Dia adalah Hwang Min Hyun, rekan satu grup Aron dan Na Eun mengenalinya.

“Ah, kenapa aku bisa tidak tahu?” desah Na Eun sedikit malu. Min Hyun menyodorkan sebotol minuman ionik padanya. “Kau habis berolahraga ‘kan? Ambillah, ion tubuhmu pasti banyak berkurang.”

Na Eun mengerjap beberapa kali, sebelum menerima minuman tersebut. Min Hyun mengulum senyum, tampaknya ia berusaha menahan tawa. “Ini bukan modus penipuan. Air itu aman.” Ia akhirnya terkekeh juga.

Gadis berambut panjang itu ikut tertawa lalu mengambil tempat duduk di salah satu meja yang tak jauh dari mesin minuman tadi. Min Hyun melakukan hal yang sama. “Gomapseumnida, Min Hyun-Ssi.” Ucapnya setelah berhasil meneguk air dalam botol bening itu.

“Kau Son Na Eun dari kelas teater, bukan? Temannya Aron?”

“Ye. Bagaimana kau bisa tahu?”

“Aron sering menceritakan tentangmu pada kami, tapi dia lebih sering mengatakan hal-hal yang lucu dan konyol tentang dirimu.” Tutur Min Hyun dengan wajah tak berdosa. Na Eun meringis, dia menyumpahi Aron yang terlalu senang mengumbar aib memalukan dirinya bahkan kepada teman-teman satu grupnya. “Sepertinya dia tahu banyak tentangmu, Na Eun-Ssi. Dan kalian tampaknya akrab.” Tambah Min Hyun lagi.

“Geuraesseo. Aku memang mengenalnya sejak setahun yang lalu. Oh ya, apa Aron sudah memberitahumu bahwa Nu’Est akan masuk buletin majalah sekolah bulan depan?” Na Eun mengalihkan topik pembicaraan.

“Hm, aku sudah mendengarnya. Awalnya kupikir itu hanya hoax, tapi ternyata sungguhan.”

“Aku yang merekomendasikannya sebagai wartawan majalah sekolah.” Aku Na Eun tanpa bermaksud menyombongkan diri. Min Hyun tersenyum, “Benarkah? Terima kasih atas rekomendasinya.”

Na Eun memeriksa jam tangannya, “Ah aku harus kembali ke kelas. Eum, satu lagi.” Ia meletakkan sebuah kartu nama di atas meja dan mendorongnya ke arah Min Hyun. “Itu kartu namaku. Nomor ponsel serta alamatku tercantum di sana. Kalian bisa menghubungiku jika sudah memastikan Nu’Est siap untuk kami wawancarai.” Min Hyun menerima kartu nama anggota majalah sekolah tersebut dan membacanya sekilas.

“Dan, terima kasih untuk minumannya. Annyeong.” Na Eun mengangguk sekali sebelum meninggalkan Min Hyun. Pemuda tampan itu mengetuk-ngetukkan benda tipis yang terbuat dari kertas itu ke atas meja sambil bergumam.

“Belum debut saja sudah diwawancarai. Menarik sekali.” Min Hyun menoleh ke arah dimana gadis tadi menghilang, sosoknya sudah tidak tampak lagi. Kemudian kepalanya beralih menghadap seseorang yang datang menghampirinya.

“Min Hyun Oppa, maaf aku terlambat. Kau sudah lama menunggu?” gadis bermata coklat itu menduduki kursi yang tadi ditempati oleh Na Eun.

“Tidak selama menunggu jawaban darimu dulu, Ha Young-ah.” Gurau Min Hyun yang langsung mendapat cubitan manja dari gadis bernama Ha Young yang merupakan juniornya dari kelas tari.

“Oppa jangan mengejekku!” rajuknya.

***

“Itulah keuntungan mata pelajaran umum, dengan begini kita bisa merasakan satu kelas dengan Nu’Est! Kyaa~” Nam Joo yang notabene penggemar berat Ren (._.”) bertepuk tangan kegirangan.

Selain penjurusan untuk kelas seni, sekolah yang berlokasi di Pyeongchang-dong, Jongno-gu, Seoul itu masih memberikan pelajaran pokok seperti yang ada di sekolah lain pada umumnya. Saat pelajaran umum, kelas yang tingkatannya sama atau setara akan bertemu dalam satu ruangan sesuai pembagian saat di kelas satu.

“Apa yang kau khayalkan hanya Nu’Est, Joo-ya?” Eunji menoyor kepala Nam Joo. Seketika gadis itu memajukan bibirnya, cemberut.

“Ibuku saja tidak melarangku!” sungutnya sambil memeluk binder putih miliknya.

“Sudah, jangan mempermasalahkan hal yang tidak penting itu lagi.” Tegur Yoo Kyung merasa terganggu dengan keributan kecil Eunji dan Nam Joo. Ketiganya masuk ke ruangan tanpa Na Eun. Gadis itu belum kembali sejak pergi ke pertemuan anggota pengurus majalah sekolah tadi.

“Hhh~ Hhh~ Syukurlah! Nona Song belum tiba.” Na Eun mengatur pernafasannya karena harus berlari agar tidak terlambat masuk. Beruntung guru yang bersangkutan belum ada di tempat. Ia membetulkan letak tali tasnya lalu melewati pintu, dipanjangkannya leher untuk mencari dimana keberadaan tiga orang temannya. Namun sulit karena bentuk meja yang bersekat seperti di perpustakaan itu, ia harus kehilangan jejak Yoo Kyung dan kedua temannya lagi.

“Aku sial lagi.” Lenguhnya lesu. Ia menempati bangku yang tersisa di ujung barisan paling depan. Baru saja menaruh tas di meja, seseorang memanggilnya dari arah samping. Na Eun memiringkan sedikit kepalanya, melewati sekat yang membatasi setiap meja. Pada saat yang sama Aron menampakkan diri dengan cara memundurkan bangkunya sejajar dengan posisi gadis itu. Sontak membuatnya terkejut.

“Ya! Kwak Young Min! Kau membuatku kaget!” bentak Na Eun tidak suka Aron mengagetkannya. Gugup lebih tepatnya. Mendengar nama aslinya disebut, Aron langsung memberengut.

“Apa sulitnya mengucapkan ‘Aron’? Lebih singkat daripada Kwak Young Min. Sudah kuperingatkan dengan gelang itu, atau kau mau aku yang mengigit lenganmu, huh?” Aron meraih pergelangan tangan Na Eun lalu berpura-pura hendak mengigitnya sebelum gadis itu berhasil menarik mundur tangannya dan mendorong kepala Aron agar menjauh.

“Hentikan!” Na Eun berpaling, menyembunyikan ekspresi malu di wajahnya. “Baiklah. Aku tidak akan mengganggumu lagi.” Aron memeletkan lidahnya ke samping seraya menghadap ke depan dimana Nona Song sudah hadir berdiri di depan kelas yang posisinya lebih tinggi daripada kursi meja yang ditempati para siswa.

Dengan hati-hati Na Eun melirik Aron yang masih belum menyatu dengan meja, setiap tarikan nafas pemuda itu terdengar lembut di telinganya. Bagaimana bisa ia begitu mengagumi sahabat lelakinya itu sampai-sampai tidak menyadari telah tersemai benih-benih cinta di hatinya untuk pemuda bernama lengkap Kwak Young Min tersebut.

Namun apalah daya, Na Eun terlalu takut untuk berterus terang perihal perasaannya. Takut persahabatannya akan kandas jika dibayang-bayangi oleh perasaan baru itu. Perasaan yang menginginkan Aron lebih dari sekedar kawan bicara, sahabat, teman, saudara. Dan adalah hal yang paling menakutkan bagi Na Eun jika ternyata Aron jatuh cinta pada gadis lain—bukan dirinya—dan ia tidak mampu melarang ataupun mencegah itu terjadi.

Tentu saja! Na Eun tidak berhak mengekang Aron yang bukan miliknya sepenuhnya. Na Eun seharusnya turut berbahagia, mengucapkan selamat dan tersenyum untuk pemuda itu. Tetapi ia tidak sanggup, benar-benar tidak sanggup dengan dorongan dari hati kecilnya yang terus mengerucut. Mengerucut karena sang dambaan hati tak dapat diraih karena alasan kolot.

Pengecut, pesimis, itulah dua kata yang dapat Na Eun vonis-kan terhadap dirinya sekarang ini.

“Kalian tahu? Desinfektan yang sering digunakan para petani adalah gugus yang seperti ini bentuknya…” Nona Song menggambar di papan tulis sebuah heksagonal dengan lingkaran di dalamnya dan di sisi paling atas ia tarik garis bersama huruf OH yang menunjukkan ciri dari senyawa Fenol / C2H5OH. Sejumlah siswa mendengarkan dan berOH ria, tampaknya mata pelajaran kimia kurang digandrungi saat itu.

Sebelum rasa bosan itu mengganggu lebih lama, bunyi bel lebih dulu membuyarkan kecemasan siswa akan kimia yang tampak tiada akhir. (author curhat! #abaikan)

“Pelajaran membosankan terasa cepat berlalu ketika di dekat kita ada hal yang menyenangkan!” Gerutu Nam Joo yang rupanya belum jua puas mencuri pandang wajah ‘cantik’ pemuda yang duduk tepat di sebelah kirinya. Ya, Ren. Atau yang bernama lahir Choi Min Ki itu.

“Kau tidak akan bisa menjawab Ujian Negara hanya dengan memelototi wajah Ren. Yoo Kyung-ah, hentikan dia!” suruh Eunji yang tengah memasukkan alat tulisnya ke dalam tas.

“Kalian tega sekali meninggalkanku sendiri.” Rajuk Na Eun menghampiri tiga dara tersebut. Mereka menoleh secara serempak dan menyeringai tanpa rasa bersalah. “Kami pikir kau akan lama, jadi kami putuskan tidak menunggumu. Mianhae.” Bujuk Yoo Kyung disusul anggukan dari Eunji dan Nam Joo kompak. Mereka sudah berbaris menuju pintu keluar.

“Lain kali bersabarlah sedikit, kawan. Aku ‘kan, sibuk. Hehe..” Gurau Na Eun meletakkan kedua tangannya di pundak Nam Joo dan Yoo Kyung yang ada di kiri kanan tubuhnya. Namun langkahnya mendadak terhenti dan ia terdiam.

“Aah aku jadi iri pada pasangan ini…” Celetuk Ren yang sampai ke telinga Na Eun—bahkan Nam Joo. Pemuda itu mengolok-olok Aron dan seorang junior mereka yang kemarin dilihatnya di kantin, siswi kelas seni tari.

“Wae??” Eunji menoleh pada Na Eun yang mematung beberapa meter dari tempat Aron.

“Bomi-Ssi, Aron bahkan berusaha keras untuk bisa menjawab soal yang super sulit dari Nona Song tadi. Sepertinya ia serius padamu!” Cecar Ren lagi, “Hey, jangan dengarkan Ren. Dia memang bermulut besar!” Aron menyumpal mulut cerewet pemuda manis itu menggunakan tangan kekarnya.

“Kali ini aku setuju dengan Ren.” JR menambahi dan Minhyun hanya tertawa kecil melihatnya. “Benarkah? Kau belajar keras demi aku, Oppa?” Mata Bomi agak berbinar menatap Aron yang tersipu malu sambil menggaruk tengkuknya.

“Aku mengaku.”

Na Eun mendecak, “Oppa? Bahkan aku tak pernah memanggilnya begitu.” Dadanya kini dipenuhi rasa kesal, sesak dan menyempit. Ia iri dengan Bomi yang bisa secara leluasa menyampaikan ekspresi bahagia yang sebenarnya kepada Aron tanpa harus menyembunyikan sesuatu.

Ia tak menghiraukan sentuhan Yoo Kyung di pundaknya, sepasang lensa mata Na Eun memandang lekat pada pasangan Aron dan Bomi. Hingga Min Hyun menoleh padanya dan tanpa sengaja pandangan mereka bertemu pada satu titik.

“Na Eun-ah? Son Na Eun!” Sentak Yoo Kyung lebih keras. “Oh? Kahja!” tanpa mengindahkan tatapan heran dari Yoo Kyung padanya, Na Eun bergegas menarik lengan sahabatnya itu demi menghindari kecurigaan dari Min Hyun—tak terkecuali ketiga temannya.

Min Hyun yang tadi sempat memergoki Na Eun memandangi dua orang di depannya itu menyimpan tanda tanya. Mengingat Na Eun adalah teman dekat dari Aron, dan sepertinya gadis itu menyimpan kegetiran dari tatapan matanya tadi.

“Kuharap itu tidak ada hubungannya dengan tugas meliputnya.” Pemuda dengan tinggi 183 cm itu  menyusul ketiga rekannya yang sudah berjalan di depan mengiringi Aron yang mendampingi Bomi.

-T B.C-